Sistem Pencernaan Pada Hewan Ruminansia (Memamah Biak) - Pak Dosen
Memang cukup menarik bila kita membahas mengenai Sistem Pencernaan Pada Hewan Ruminansia (Memamah Biak) terlebih untuk Anda yang saat ini memang sedang mencarinya. Seperti yang tertulis pada judul kita akan membahas tentang "Sistem Pencernaan Pada Hewan Ruminansia (Memamah Biak)" secara lengkap, mulai dari awal hingga akhir dan kami menyusunnya sedemikian rupa supaya para pembaca dapat dengan mudah memahaminya. Baiklah yuk langsung disimak saja.
Uraian Lengkap Sistem Pencernaan Pada Hewan Ruminansia (Memamah Biak)
Selamat datang di Pakdosen.co.id, web digital berbagi ilmu pengetahuan. Kali ini PakDosen akan membahas tentang Ruminansia? Mungkin anda pernah mendengar kata Ruminansia? Disini PakDosen membahas secara rinci tentang pengertian, struktur, tahap dan sistem pencernaan. Simak Penjelasan berikut secara seksama, jangan sampai ketinggalan.
Sebagian hewan-hewan invertebrate terdapat yang tidak memiliki saluran pencernaan, seperti cacing pita, hewan spon, dan hydra. Hewan-hewan pada subfilum ini pencernaannya berlangsung secara intrasel, tetapi ada sebagian hewan yang memiliki pencernaan yang berlangsung secara ekstrasel.
Kelompok vertebrata merupakan subfilum yang paling tinggi dalam filum Chordata. Dalam subfilum vertebrata, terdapat kelas mamalia yang spesies-spesiesnya sering kita jumpai. Menurut jenis makanan yang dicerna, kelas mamalia dibagi menjadi tiga: herbivora, karnivora, dan omnivora. Akibat dari perbedaan jenis makanan yang dikonsumsi inilah terjadi perbedaan sistem pencernaan dan alat-alat pencernaan hewan-hewan kelas ini.
Pengertian Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan secara umum dapat digambarkan sebagai suatu struktur memanjang, berkelok-kelok yang diawali oleh suatu lubang, disebut mulut, makanan mulai dimasukkan dan lubang akhir, disebut anus, tempat sisa yang tidak tercerna itu dibuang.
Struktur Sistem Pencernaan
Berikut ini terdapat beberapa struktur sistem pencernaan, yakni sebagai berikut:
- Lapisan mukosa yang berfungsi sebagai pembatas, mempermudah transport dan pencernaan makanan, serta meningkatkan absorpsi hasil-hasil pencernaan . Lapisan ini bersifat permeabel selektif antara isi saluran dan jaringan tubuh.
- Lapisan Submukosa yang terdiri atas jaringan penyambung jarang dengan banyak pembuluh darah dan limfe, pleksus saraf submukosa (juga dinamakan Meissner), dan jaringan limfoid.
- Lapisan otot yang tersusun atas sel-sel otot polos, kumpulan saraf yang disebut pleksus mienterik (atau Auerbach, yang terletak antara 2 sublapisan otot dan pembuluh darah) dan limfe.
- Lapisan Serosa yang merupakan lapisan tipis yang terdiri atas jaringan penyambung jarang, yang kaya akan pembuluh darah dan jaringan adiposa, dan epitel gepeng selapis (mesotel).
Tahap-Tahap Pengolahan Makanan
Berikut ini terdapat beberapa tahap-tahap pengolahan makanan, yakni sebagai berikut:
1. Ingesti
Ingesti adalah tahap pengolahan makanan dimana hewan memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengestrak sumber daya dari hewan. Terdapat empat mekanisme makan utama hewan:
- Pemakan Suspensi adalah hewan yang menyaring partikel-partikel makanan kecil dari air. Contohnya paus bungkuk
- Pemakan Substrat adalah hewan yang hidup di dalam atau pada sumber makanannya. Contohnya ulat
- Pemakan Cairan adalah hewan yang menghisap cairan kaya-nutrien dari suatu inang hidup. Contohnya nyamuk dan burung kolibri
- Pemakan Bongkahan adalah hewan yang memakan potongan-potongan makanan yang berukuran relatif besar. Contohnya manusia dan ular piton.
2. Digesti
Digesti adalah tahap kedua dalam pengolahan makanan dimana makanan dipecah menjadi molekul-molekul yang cukup kecil untuk diabsorpsi oleh tubuh. Dalam tahap ini, hewan tidak dapat langsung menggunakan protein, karbohidrat, asam nukleat, lemak, dan fosfolipid dalam makanan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah molekul ini terlalu besar untuk melewati membran dan memasuki sel-sel hewan. Tetapi jika molekul-molekul besar ini dipecah menjadi komponen-komponennya, hewan dapat menggunakan molekul-molekul kecil ini untuk merakit molekul-molekul besar yang dibutuhkan.
Dalam tahap ini terjadi digesti kimiawi, dimana berbagai jenis enzim mengatalis digesti molekul-molekul besar dalam makanan. Polisakarida dan disakarida dipecah menjadi gula sederhana; protein dipecah menjadi asam amino dan asam nukleat dipecah menjadi nukleotida. Digesti kimiawi umumnya didahului oleh digesti mekanis. Digesti mekanis memecah makanan menjadi potongan-potongan kecil, sehingga mengingkatkan area permukaan untuk proses-proses kimiawi.
Terdapat dua jenis digesti, antara lain:
- Digesti intraseluler adalah menghidrolisis makanan di dalam vakuola makanan – organel sel tempat enzim-enzim hidrolitik menguraikan makanan. Vakuola makanan adalah kompartemen pencernaan paling sederhana. Pencernaan dimulai setelah sel menelan makanan padat secara fagositosis. Hewan spons mencerna seluruh makanan melalui mekanisme intraseluler ini.
- Digesti ekstraseluler, yang merupakan pemecahan makanan dalam kompartemen-kompartemen yang berhubungan dengan bagian luar tubuh hewan. Memiliki satu atau lebih kompartemen ekstraseluler untuk digesti memungkinkan seekor hewan menelan sumber makanan yang jauh lebih besar daripada dicerna melalui fagositosis.
3. Absorbsi
Absorbsi adalah tahap ketiga dalam mengolah makanan. Pada tahap ini, sel-sel hewan menyerap molekul-molekul kecil seperti asam amino dan gula sederhana.
4. Eliminasi
Tahap eliminasi menyelesaikan proses absorbsi saat material yang tak tercerna dikeluarkan dari sistem pencernaan.
Sistem Pencernaan Hewan Memamah Biak (Ruminansia)
Sistem pencernaan hewan memamah niak terbagi beberapa bagian, antara lain:
1. Rongga Mulut ( Cavum Oris)
Rongga mulut terdiri dari lidah, gigi dan kelenjar ludah (glandula salivales). Rongga mulut (pipi) dibatasi oleh epitel gepeng berlapis tanpa tanduk. Atap
mulut tersusun atas palatum keras (durum) dan lunak (molle), keduanya diliputi oleh epitel gepeng berlapis.
2. Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus merupakan saluran penghubung antara rongga mulut dengan lambung. Di sini tidak terjadi proses pencernaan. Esofagus pada sapi sangat pendek dan lebar, serta lebih mampu membesar (berdilatasi). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi, diperkirakan sekitar 5 cm.
3. Lambung
Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dikunyah kembali (kedua kali). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian.
Lambung Ruminansia terdiri atas empat ruangan, antara lain:
- Rumen (perut besar atau perut urat daging).
- Retikulum (perut jala).
- Omasum (perut buku).
- Abomasum (perut kelenjar atau perut masam).
Ukuran ruangan tersebut bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7–8%, dan abomasum 7–8%.
Mula-mula makanan masuk ke dalam rumen. Makanan yang masuk ke lambung ini telah bercampur dengan ludah yang bersifat alkali sehingga memberi suasana basa dengan pH ± 8,5.
Selanjutnya, dalam lambung sapi berlangsung proses pencernaan, antara lain:
a. Rumen
Rumen berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang ditelan. Setelah rumen cukup terisi makanan, sapi beristirahat. Di dalam rumen terdapat populasi bakteri dan Protozoa. Mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim yang menguraikan polisakarida, misalnya enzim: hidrolase, amilase, oligosakharase, glikosidase, dan enzim selulase yang berfungsi untuk menguraikan selulosa. Selain itu juga terdapat enzim yang menguraikan protein, yaitu enzim proteolitik; dan enzim pencerna lemak.
b. Retikulum
Di dalam retikulum makanan diaduk-aduk kemudian dicampur dengan enzim yang dihasilkan oleh bakteri yang ada, hingga akhirnya menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (bolus). Pengadukan dilakukan oleh kontraksi otot dinding retikulum. Kemudian, gumpalan makanan tersebut didorong kembali ke mulut untuk dikunyah lebih sempurna (dimamah kedua kali), sambil beristirahat. Setelah itu, gumpalan makanan ditelan lagi masuk ke omasum melewati rumen dan retikulum.
c. Omasum
Di dalam omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Makanan dijadikan lebih halus lagi di omasum. Kadar air dari gumpalan makanan dikurangi (terjadi absorpsi air), kemudian gumpalan makanan diteruskan keabomasum.
d. Abomasum
Di dalam abomasum makanan dicernakan lagi dengan bantuan enzim dan asam klorida. Abomasum merupakan perut yang sebenarnya, karena di sini terjadi pencernaan sebenarnya secara kimiawi oleh enzim-enzim pencernaan. Enzim yang dikeluarkan oleh dinding abomasum sama dengan yang terdapat pada lambung mamalia lain. Misalnya, enzim pepsin merombak protein menjadi asam amino.
Penjelasan mekanisme pencernaan ruminansia secara singkat, antara lain:
- Makanan (rumput atau daun)
- Mulut
- Esofagus
- Rumen
- Retikulum
- Mulut
- Omasum
- Abomasum
- Usus halus
- Sekum (usus buntu)
- Usus besar
- Rektum
- Anus
Demikian Penjelasan Materi Tentang Sistem Pencernaan Pada Hewan Ruminansia (Memamah Biak)
Semoga Materinya Bermanfaat Bagi Semuanya
The post Sistem Pencernaan Pada Hewan Ruminansia (Memamah Biak) first appeared on PAKDOSEN.CO.ID.
ARTIKEL PILIHAN PEMBACA :
Comments
Post a Comment